Sebagai orang beragama, kita tentunya tidak bisa
mempercayainya. Selama masih ada orang baik, maka kiamat belum terjadi. Dan
itulah yang ada, bahwa di bumi Indonesia masih ada orang yang jujur. Dan salah
satu tugas kita adalah menjadi bagian dari kelompok-kelompok orang yang baik tersebut.
Uraian di atas, tidak semua akan setuju. Bahkan ada yang
mengatakan mengada-ada dengan menghubungkan korupsi dengan kehancuran alam
semesta.
Masyarakat seringkali kebakaran jenggot, manakala para
pemimpin yang dipilihnya ternyata ketahuan melakukan tindak korupsi. Tidak
kepalang tanggung, korupsi dari berbagai pengadaan barang dan jasa, proyek
bangunan sekolah, sampai sumbangan yang seharusnya menjadi hak-hak anak miskin
pun tidak lepas dari tangan-tangan para koruptor.
Upaya-upaya antikorupsi gagal bisa disebabkan karena
pendekatan yang salah. Baik hanya mengandalkan tinjauan hukum maupun sekedar
himbauan moral. Kita sebenarnya hanya belum mempunyai strategi yang handal
untuk memberantas korupsi. Atau juga masih ada rasa toleransi terhadap tindak korupsi,
karena disengaja atau tidak kita sendiri masih melakukannya dengan berbagai
model. Bahkan tidak jarang upaya-upaya pemberantasan korupsi sebagai cara yang
licik untuk balas dendam atau menjatuhkan lawan politik.
Menarik apa yang diuraikan oleh Robert Klitgard (2002) bahwa
ada tujuh alasan yang menghambat proses pemberantasan korupsi.
- Korupsi ada di mana-mana. Tidak ada yang dapat dilakukan untuk membasmi sesuatu yang menjadi wabah.
- Korupsi sudah ada sejak dahulu. Seperti dosa, korupsi adalah bagian dari pembawaan manusia.
- Konsep korupsi kabur dan tergantung pada budaya.
- Membersihkan masyarakat dari korupsi akan memerlukan perubahan besar dalam sikap dan tata nilai. Ini hanya dapat dilakukan melalui pendidikan seratus tahun, revolusi sejati, maupun kebangkitan nilai agama.
- Di berbagai negara, korupsi sama sekali tidak merugikan. Korupsi berperan sebagai minyak pelumas pada roda ekonomi dan perekat sistem politik.
- Tidak ada langkah apapun yang dapat diambil jika petinggi-petinggi pemerintah sendiri melakukan tindak korupsi, atau jika korupsi sudah sistematis.
- Risau terhadap korupsi tidak ada gunanya. Pasar bebas dan demokrasi multipartai akan menyebabkan korupsi berangsur-angsur hilang.
Alasan-alasan di atas tidak lain merupakan wujud rasa
pesimisme atau pembenaran untuk tidak memberantas korupsi. Yang akhirnya berkembang
menjadi mitos-mitos yang menyesatkan.
Dalam tahap awal, tentunya hanya mimpi jika berharap
korupsi dapat lenyap dalam waktu yang singkat. Setidaknya, kita harus mau
mengurangi praktik-praktik kecurangan yang ada di sekitar kita (lingkungan
sekolah, kerja, keluarga, dan masyarakat).
0 comments:
Post a Comment