Kita
bisa banyak belajar dari mitos yang berkembang di masyarakat, tetapi
Kita
tidak perlu memanfaatkan mitos tersebut untuk kepentingan pribadi
Ada beberapa mitos seputar korupsi. Seperti korupsi disebabkan oleh kemiskinan, korupsi adalah budaya, atau korupsi sesuatu yang dianggap tidak bisa diberantas. Mitos tersebut bisa benar juga bisa salah. Yang menjadi masalah ketika
mitos-mitos tersebut dijadikan sebagai alasan pembenaran untuk melindungi
kepentingan pribadi. Pada postingan kali ini, akan dibahas salah satu mitos korupsi disebabkan oleh kemiskinan.
Berbagai usaha untuk mengurangi angka korupsi terus
dilakukan. Tetapi, kenyataanmya korupsi terus merajalela di Indonesia. Hal ini
diperparah dengan menilik angka kemiskinan yang melanda Indonesia. Menurut Badan Pusat
Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin
di Indonesia pada
akhir tahun 2011 sebesar
29,89 juta orang
(12,36 persen).
Meski
hubungan antara korupsi dan kemiskinan bukan
bersifat langsung, tetapi menurut Wandy Nicodemus Tuturoong (2010)
mengutip dari sebuah studi literatur yang dilakukan oleh
Eric Chetwynd, Frances Chetwynd serta Bertram Spector di tahun 2003 dengan
judul "Corruption and Poverty: A Review of Recent Literature". Kesimpulan utama dari studi tersebut adalah
bahwa korupsi tidak bisa langsung menghasilkan kemiskinan. Namun, "korupsi
memiliki konsekuensi langsung terhadap faktor-faktor tatakelola pemerintahan
dan perekonomian, yang pada akhirnya melahirkan kemiskinan."
Logika
yang sederhana, ketika keuangan negara
banyak yang dikorupsi, maka alokasi dana yang seharusnya diperuntukkan untuk
orang miskin akan berkurang. Kalau tidak mau dikatakan korupsi menyebabkan
kemiskinan, setidaknya korupsi menyebabkan keadaan rakyat yang miskin tambah
miskin.
Korupsilah yang menyebabkan kemiskinan bukan kemiskinan
yang menyebabkan korupsi. Bukankah para koruptor yang banyak tertangkap
sebenarnya mereka sudah kaya. Apa yang bisa dikorupsi oleh orang miskin yang
sebagian besar tidak memiliki posisi tawar yang dapat dijual.
Orang miskin melakukan kejahatan lebih banyak untuk
memenuhi kebutuhan perutnya. Sedangkan, orang kaya melakukan tindak korupsi
untuk menimbun-nimbun hartanya.
0 comments:
Post a Comment