Monday, February 23, 2015

Mitos tentang Korupsi : Korupsi Itu "Budaya"

Sumber : http://arsavin666.blogspot.com/2011/12/
hajatan-alat-pemersatu-bangsa.html

Mitos tentang korupsi kedua selain korupsi disebabkan oleh kemiskinan. adalah menganggap bahwa tindak korupsi merupakan budaya.

Meski korupsi bukan lagi sekedar menjadi fenomena tetapi telah membudaya, tetapi perlu ditegaskan lagi korupsi bukanlah budaya Indonesia. Di Indonesia, memang ada tradisi pemberian sesuatu kepada guru, kiyai, sesepuh, maupun orang-orang yang telah dianggap berjasa.  Tapi pemberian itu sekedar ucapan terima kasih. Misalnya, ada orang tua yang mengantarkan hasil kebunnya kepada guru anaknya. Termasuk juga, tradisi  “pemberian sumbangan pada yang punya hajat (kondangan)” bukanlah untuk saling menjilat tetapi wujud gotong-royong.

Tradisi-tradisi yang seperti itu, pada zaman sekarang telah dikotori dengan bentuk pemberian (uang atau barang) tapi dengan itikad yang berbeda. Misalnya, ada orang tua yang mendatangi seorang pejabat yang berwenang agar anaknya bisa diterima di salah satu instansi pemerintahan. Datangnya orang tua tersebut, tentunya tidak dengan tangan kosong, melainkan dengan membawa amplop berisi uang maupun barang berharga lainnya. Kasus, yang sama ketika ada orang tua yang memberikan amplop berisi “suap” agar anaknya lolos dalam seleksi sekolah.

Tindakan yang mengotori budaya gotong royong juga terjadi pada kasus berikut. Misalnya suatu kampung sedang membangun masjid. Mereka membutuhkan banyak biaya. Kebetulan salah satu warga desa tersebut mempunyai jabatan penting di suatu lembaga pemerintahan. Dan kebetulan juga, ketua panitia pembangunan masjid tersebut masih saudara sang pejabat.

Dengan membawa proposal, dengan penuh keyakinan ketua panitia meminta sumbangan dari pejabat tadi. Sang pejabat pun akhirnya memberi bantuan dalam jumlah yang cukup besar. Ketua panitia mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya atas bantuan pejabat tersebut. Ketua panitia tidak mau berpikir panjang, apakah uang sumbangan tersebut uang pribadi sang pejabat ataukan hasil korupsi. Demikian juga, sang pejabat pun dengan percaya dirinya memberikan sebagaian uang yang diperolehnya dari hasil suapan untuk membantu pembanguan masjid tersebut.

Bentuk-bentuk suap tersebut, seolah-olah telah menjamur di masyarakat Indonesia. Bagi sebagaian orang, pemberian uang tambahan, bukanlah dimaksudkan untuk menyuap tetapi sebagai cara agar urusannya menjadi lancar. Beda dengan sebagian orang lagi, yang menggunakan suap sebagai satu-satunya cara untuk memenangkan persaingan dengan pihak lain (misal lawan bisnisnya).

Praktik korupsi yang mewabah di masyarakat itu penyakit bukan budaya. Artinya sebagai suatu yang kotor, merusak, dan harus diberantas. Dan kalau perlu korupsi dijadikan sebagai penyakit masyarakat (pekat), bukan hanya sebagai musuh negara. Dengan praktik korupsi dimasukkan dalam kelompok pekat, dapat dipastikan masyarakat akan bahu-membahu memberantasnya. Persis ketika menghadapi penyakit masyarakat, seperti judi, mabuk, maupun prostitusi (pelacuran).

Ada harapan, selama kita tidak menganggap korupsi itu bukan budaya. Yang diperlukan adalah rasa optimis, tidak putus asa dalam menghadapi makin maraknya tindak korupsi di sekitar kita.
KORUPSI ADALAH PEKAT
KORUPSI ITU BUKAN BUDAYA
Share:

1 comments:

  1. iya mas, saya setuju sekali dengan artikel anda.. memang kemungkinan besar korupsi karena faktor kemiskinan..
    Tulisan Saya

    ReplyDelete

Buku Melawan Korupsi

Buku Melawan Korupsi

Youtube